STREET CULINARY

Sate enak bikin nagih!

STREET CULINARY

Nasi Goreng Pak Thole Patut Diacungkan Dua Jempol!

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Thursday, September 25, 2014

JAKARTA REPOSE PROJECT #8

Bapak Robby Poniman - 65 tahun
        Sebagai seorang Faculty Member senior di Prasetiya Mulya, Pak Robby Poniman menghabiskan lima hari dalam satu minggunya untuk mengajar di dua kampus, yaitu Prasetiya Mulya Cilandak untuk program S2 dan Prasetiya Mulya BSD untuk program S1. Dengan kesibukan yang masih tetap padat dan produktif di usianya yang sudah tidak lagi muda, Pak Robby mengaku sangat menikmati profesinya tersebut. Dosen yang sudah bergabung di Prasetiya Mulya sejak tahun 1985 karena di perintah oleh Tuhan ini sebelumnya mengendalikan dua perusahaan yaitu perusahaan periklanan dan perusahaan pemasaran. Bahkan sampai sekarang, ia masih memiliki sampingan untuk menangangi perusahaan Essensa. Sebagai mantan Wirausahawan, ia menganggap kedua profesi tersebut sama-sama dinikmatinya, tidak ada yang lebih buruk atau lebih baik, karena ia menjalanin keduanya dengan hati yang senang.

        Saat memiliki waktu senggang dari aktivitasnya yang padat, Pak Robby selalu memilih lapangan golf sebagai tempat refreshing-nya. Olahraga golf diakuinya adalah satu-satunya olahraga yang masih ia tekuni, setelah ia berhenti dari olahraga bowling yang sebelumnya telah membuatnya berhenti dari olahraga volley, basket, sepak bola, dan badminton. Golf merupakan jenis olahraga yang telah menyita perhatiannya sejak tahun 1976 dan dinilainya sebagai cabang olahrag yang paling rumit yang pernah ditekuninya, dari segi teknis dan segala aspeknyam golf memiliki daya tarik tersendiri yang membuat Pak Robby terus mempelajarinya, bahkan hingga kini. “Aku gak pernah marah di lapangan golf, kolega aku sering tanya kenapa aku selalu terlihat senang di lapangan golf. Aku suka golf, aku main dengan hati senang, walaupun bolanya gak masuk, aku tetep seneng gimana dong.” ujar Pak Robby yang mengaku tidak memiliki pengalaman buruk di cabang olahraga ini. Pak Robby pun mengakui setiap kegiatan yang ia lakukan di lapangan golf merupakan pengalaman yang paling memorable baginya. Jujur dikatakan Pak Robby bahwa orang yang pertama kali menyuruhnya menekuni olahraga ini adalah ayahnya sendiri. Ayah dari Pak Robby merasa golf merupakan aktivitas positif yang dapat ditekuni oleh anaknya dan terhindar dari pergaulan yang negatif. Hingga saat ini Pak Robby menjadi anggota dari Jakarta Golf Club dan ia dapat menghabiskan waktunya untuk golf sekitar 1-4 kali dalam seminggu di lapangan golf BSD dan Pantai Indah Kapuk.

           Jadwal mengajarnya yang semakin padat membuatnya tidak dapat melakukan aktivitas golfnya seperti dulu. Sekarang ini Pak Robby hanya dapat bermain golf ketika hari minggu siang. Hal ini dikarenakan keluarga tetap menjadi prioritasnya, ia juga selalu meluangkan waktunya setiap hari sabtu untuk sekedar berkumpul bersama istri, anak, dan menantunya. Sementara untuk pergi bersama keluarga, biasanya ia memilih pergi ke mall karena menurutnya di Mall lebih tersedia banyak pilihan kafe dan tempat lain selain kafe.

          Pak Robby yang tahun ini genap berusia 65 tahun ini ternyata pernah vacum dari dunia golf selama 11 tahun karena alasan kesehatan yang kurang baik. Namun takdir berkata lain, setelah sekian lama absen dari dunia golf, ia pun kembali bermain golf karena ajakan dari temannya. Pak Robby mengaku di usianya yang sudah tidak muda lagi, ia sudah tidak pernah lagi mengikuti turnamen yang selalu dilakukannya dahulu. Ia hanya bermain jika ‘dijebak’ oleh teman-temannya dan berpartisipasi dalam turnamen-turnamen yang diselenggarakan oleh Prasetiya Mulya. Berbeda dengan Pak Robby, kedua anak laki-lakinya ternyata tidak memiliki kecintaan yang sama dibidang golf, mereka menguasai cabang olahraganya masing-masing yaitu Taekwondo dan Renang, bahkan beberapa kali mewakili Indonesia sebagai Atlet Nasional. Pak Robby sendiri yang sampai sekarang telah mengumpulkan piala dan piagam yang tidak terhitung banyaknya dibidang olahraga inipun menyayangkan karena tidak adanya sarana yang dapat menunjang kecintaanya terhadap golf di daerah domisilinya yaitu Jakarta Barat. Hal ini menyebabkan ia harus menempuh perjalanan yang tidak sebentar untuk mencapai tempat berlatih golf-nya. “Untuk melaksanakan segala sesuatu yang kamu senangi jarak jauhpun akan dilakoni kan?” Kata Pak Robby menanggapi jarak jauh yang harus dihadapinya setiap minggu ini. Seperti jarak yang tidak menjadi halangan baginya, biaya yang tidak sedikit untuk setiap permainan golf-nya juga tidaklah dinilainya menjadi masalah, ia tidak pernah memiliki budget tersendiri untuk golf. “Mengalir begitu aja, berkat dari Tuhan melimpah kok.” Sambungnya terkekeh.

          Pak Robby yang sempat mengalami keracunan MSG ini, dikenal sebagai sosok dosen yang selalu mengkonsumsi kopi setiap kali ia mengajar. “Kopi itu sehat, teh itu lebih ganas. Kopi akan baik kalau diminum tanpa gula dan tanpa krimer, tapi itupun maksimum 3-4 cangkir sehari, gak boleh lebih. Segala sesuatunya kan kalau kita konsumsi berlebihan pasti akan gak baik buat kesehatan" , jelasnya. Mengkonsumsi kopi digambarkan oleh Pak Robby sama sekali berbeda dengan mengonsumsi air putih atau jus. Memulai kebiasaan minum kopinya sejak masih bersekolah di Amerika ini membuatnya menyadari bahwa kopi ternyata memiliki daya tarik tersendiri, dari wanginya, rasanya, semua itu membuat Pak Robby akhirnya meneruskan kebiasaannya itu sampai sekarang. Menurutnya, bahkan kopi sebenarnya tidak memiliki efek-membuat-tenang ataupun efek-mencegah-kantuk seperti yang diyakini kebanyakan orang, tapi ia tetap menyukai kopi dan menenteng cup kopinya setiap kali ia mengajar.

           Pak Robby beranggapan bahwa di Jakarta sendiri memiliki begitu banyak objek wisata yang beragam seperti pusat perbelanjaan yang ‘tua’ dan ‘khas Indonesia’, museum, dan masih banyak lagi, namun pemerintah kurang berusaha untuk mengembangkannya. Kebun Binatang Ragunan menurut Pak Robby adalah salah satu contoh dari tempat yang kurang diurus oleh pemerintah, padahal  objek wisata tersebut merupakan asset yang menguntungkan bagi Indonesia sendiri. Meskipun diakuinya bahwa beberapa perubahan positif sudah dilakukan oleh pemerintah Jakarta, seperti dibentuknya taman-taman yang open-public untuk masyarakat lokal, namun dengan kondisi Jakarta seperti sekarang ini, Pak Robby menyarankan agar setiap acara yang dilakukan harus berurusan dan bekerjasama dengan Pemda DKI, agar terintegrasi antara pemerintah dengan proyek swasta, agar pengembangan Jakarta menjadi lebih baik didukung oleh segala pihak.

             Harapan Pak Robby untuk anak-anak muda Jaman sekarang terutaman mahasiswa-mahasiswi Prasetiya Mulya adalah untuk menjauhi judi, narkoba, dan pelacuran. Hal lain seperti tipikal bersenang-senang anak muda kini menurutnya tidak masalah, tetapi tiga hal tadi menurutnya merupakan hal paling crucial yang jangan sampai disentuh dan menyesal nantinya. Karena pengalaman menyenangkan selama menjadi dosen baginya adalah saat melihat hasil didikannya berhasil, menjadi tokoh masyarakat, dan menjadi orang yang dapat memberikan manfaat bagi orang lain.





Created by,
Ilona Dea, Gitta Yunanda, & Lady Andrea





posted by Ilona Dea

JAKARTA REPOSE PROJECT #7

Yasa Paramita Singgih - 19 tahun

Yasa Paramita Singgih, atau yang lebih akrab disapa Yasa ini hari-harinya diisi dengan segudang kesibukan yang dijalaninya. Muda dan berbakat mungkin dapat menggambarkan pria yang baru berusia 19 tahun. Sehari-harinya Yasa disibukan dengan rutinitasnya sebagai mahasiswa di universitas Bina Nusantara semester 3 yang mengambil juruan Marketing Communication. Tidak seperti anak usia 19 tahun pada umumnya, Yasa sudah mulai menjalani bisnisnya sendiri sejak ia  berusia 15 tahun. Selama 4 tahun yasa yang sekarang terjun untuk membuka bisnis online yang menjual fashion pria ini sudah merasakan pahit dan manisnya dunia bisnis. Awal mulanya ia membuka bisnis diakuinya karena ia ingin belajar mandiri dan tidak meminta uang jajan dari orang tuanya lagi, namun bisnis yang dijalaninya sejak awal pun tidak selancar yang kita pikirkan. Sebelum meraih kesuksesannya di bisnis fashion ini, ternyata Yasa pun sempat mengalami jatuh bangun dalam menjalani bisnisnya dengan mencoba menjual lampu hias. Akhirnya setelah bisnis lampu hiasnya tidak berjalan ia membuat suatu brand Men’s Republic “produk kita sih udah tembus ke satu Indonesia, bahkan bulan ini juga tembus sampe ke Hongkong” ujarnya menjelaskan keadaan bisnis yang ia tekuni saat ini. Saat ini Yasa pun sudah dinobatkan sebagai salah satu wiraswasta muda di Indonesia.

Sejak memulai usahanya, diakuinya sebagian besar waktu luangnya ia lakukan untuk kegiatan bisnis. “Kalo sekarang di waktu luang, gua lebih banyak ikut seminar. Seminar bisnis, hipnoterapi, dan leadership training untuk menambah skill” ujarnya menjelaskan kegiatan waktu luang yang sering ia lakukan. Tidak hanya mendatangi seminar saja, Yasa yang sudah menjadi salah satu wiraswasta termuda di Indonesia kerap kali membagikan pengalamannya di berbagai kampus baik di Jakarta maupun luar kota. Yasa yang memang sudah terjun kedunia bisnis sejak muda juga pernah mengisi acara seminar di kampus UGM. Jujur diakuinya menurutnya kesempatan emas yang terjadi dalam hidupnya ini tidak akan pernah ia sia-siakan. Dalam mengisi waktu luangnya, Yasa yang ternyata tergabung dalam suatu komunitas bisnis ini mengaku setiap minggunya ia juga sering menghabiskan waktunya bertemu dengan komunitasnya untuk sharing dan bertukar tentang segala hal baik bisnis maupun non bisnis. Waktu luangnya sebenarnya ia habiskan karena hobbynya dan usahanya di bidang bisnis, dan dari situlah ia mendapat banyak pengalaman. Perbedaan usia dan status dari komunitas pun tidak menjadi penghalang bagi Yasa, namun perbedaan tersebut dapat dikatakan sebagai hal yang menarik baginya karena dapat bertukar pikiran dengan orang-orang tersbeut. “ Kalo gua ngobrol sama temen seusia gua, gua udah tau hidup mereka gimana. Tapi pas gua ketemu sama orang yang lebih tua dari gua itu gua dapet pengalaman baru” tambahnya menjelaskan.


 Sebagai anak remaja yang masih terbilang baru menjadi mahasiswa, ia pun kerap kali mendapat protes dari teman-temannya karena sering menolak ajakan temannya dan tidak jarang banyak yang men-cap dirinya aneh karena sebagain besar rutinitasnya ia gunakan untuk hal-hal yang bermanfaat. Jika kebanyakan anak muda jaman sekarang lebih banyak menghabiskan waktu luangnya untuk pergi ke café , mall, tempat clubbing, dan sebagainya ini jarang Yasa lakukan. ”Kalo lagi bete, gua lebih seneng pergi ke tanah abang karena disana kita bisa liat perputaran uang yang sangat cepat. Dan dari situ biasanya gua dapet inspirasi buat bisnis gua” menjelaskan pemilihannya terhadap tempat dibandingkan untuk pergi ke mall. Cukup menarik memang dimana diusianya saat ini Yasa justru lebih memilih mengunjungi suatu tempat yang sangat jarang dikunjungi anak muda bahkan pebisnis sekalipun. Kisah hidupnya kini telah banyak menginspirasi banyak anak muda dan tidak jarang ia mendapatkan kesempatan untuk membagikannya di berbagai acara di stasiun televisi swasta.


Anak ketiga dari tiga bersaudara ini mengaku juga sangat tertarik dengan pameran-pameran yang diadakan di Jakarta. ”Gua juga suka cari inspirasi dateng ke pameran-pameran” ujarnya menjelaskan ketertarikannya terhadap pameran franchise yang diadakan di Jakarta. Pria yang sangat suka baca buku ini selalu menghabiskan waktu luangnya untuk melakukan kegiatan-kegiatan yang produktif. Yasa tidak merasa minder dengan apa yang ia lakukan saat ini, meskipun sangat bertolak belakang dengan kebanyakan anak muda seusianya Yasa mengaku menikmati yang ia jalani saat ini. Pria yang kini memiliki omset yang fantastis ini sangat berharap bahwa kedepannya di Jakarta banyak diadakan pameran yang memamerkan karya anak bangsa. “Sekarang local brand lagi naik. Itu bisa menjadi ajang bagi brand Indonesia untuk  membuktikan bahwa brand indonesia juga tidak kalah dengan brand luar” paparnya menjelaskan ketertarikannya terhadap pameran local brand. Ia pun sangat menyayangkan pameran terbesar yang sering didakan di PRJ setiap tahunnya belum bisa menjadi ajang untuk pempromosikan hasil-hasil karya anak bangsa. Menurutnya PRJ (Pekan Raya Jakarta) seharusnya menghadirkan produk-produk asli indonesia bukan justru menghadirkan brand yang memang sudah ternama. Hal ini sangat disayangkannya karena seharusnya melalui event besar yang diadakan Jakarta setiap tahunnya dapat menjadi ajang pembuktian bagi Jakarta dan dapat menjadi salah satu event yang ditunggu-tunggu bukan hanya untuk pebisnis Indonesia, melainkan ditunggu-tunggu oleh semua masyarakat Indonesia. Kegiatan yang sering dilakukannya  saat ini memang memerlukan biaya yang tidak sedikit. “Waktu luang yang produktif gua budget-in lebih besar daripada budget gua untuk hura-hura”  karena baginya, melalui kegiatan waktu luang yang produktif ini ia dapat melihat peluang lain bagi bisnisnya suatu saat nanti.


Pria yang bertempat tinggal di Kebayoran Lama, Jakarta Selatan ini merasa Jakarta sebagai Ibukota sudah dapat memenuhi kegiatan waklu luangnya yang produktif. Meskipun begitu, kondisi jalanan Jakarta yang macet kerap kali membuatnya merasa tidak nyaman tinggal di Jakarta. Yasa sangat mengharapkan Jakarta dapat menjadi kota yang tertib dimulai dari hal yang terkecil seperti trotoar. Trotoar seharusnya dipergunakan untuk tempat para pejalan kaki, namun kebanyakan trotoar saat ini sudah ramai dipenuhi pedagang kaki lima. Hal ini menurutnya sangat mengganggu keindahan kota Jakarta. Yasa pun memberikan pesan bagi anak muda Indonesia, “buat anak muda,lu hidup cuma sekali dan punya masa muda hanya sekali. Kebanyakan orang tua nyesel sama apa yang belom pernah ia lakukan di masa mudanya. Jadi daripada pas udah tua kita nyesel sama masa muda kita yang ga produktif,jadi mendingan berdayakan masa muda kita dari sekarang. Karena lebih baik kehilangan masa muda daripada kehilangan masa depan”  karena menurutnya masa muda merupakan masa pembuktikan diri kita. Bukan berarti kehilangan masa muda itu kita tidak menikmati masa muda, namun kita menikmatinya dengan hal-hal yang produktif karena masa depan Jakarta ditangan anak-anak muda saat ini.



Created by,
Ilona Dea




posted by Ilona Dea

Tuesday, September 23, 2014

JAKARTA REPOSE PROJECT #6

Leonard - 35 tahun

           Leonard Chang, begitulah nama lengkap pria kelahiran Jakarta, 29 Juli 1979 ini. Leonard atau yang lebih akrab disapa Leo ini sehari-harinya sibuk menjalani usaha yang ia bangun sendiri. Sebagai wiraswasta di bidang genset (generator) dan AC, Leo mengaku tidak perlu menghabiskan waktunya seharian sejak pukul 9 pagi hingga 5 sore hanya untuk bekerja di kantor. Sehari-harinya ia pun memiliki waktu luang yang dapat tergolong banyak jika dibandingkan dengan wiraswasta lainnya, waktu yang fleksibel membuat Leo lebih dapat menghabiskan waktunya untuk kegiatan-kegiatan yang ia sukai.

            Dalam mengisi waktu luangnya, pria yang sudah berkeluarga ini mengaku sering menghabiskan waktunya untuk jalan-jalan, naik motor, dan menyempatkan waktunya untuk pergi bersama keluarga. Diakuinya ia sering menghabiskan waktunya bersama teman-temannya terutama untuk pergi ke mall yang berada di daerah senayan. Alasannya pun cukup sederhana karena di mall tersebut menyediakan parkir motor yang memadai untuk motor gedenya dan dekat dari tempat tinggalnya. Pria berusia 35 tahun ini mulai menggemari motor sejak ia duduk di bangku SMP, namun ketertarikannya naik motor gede berawal sejak tahun 2010. “Emang hobby dari dulu, hobbynya mobil sama motor” ungkapnya ketika ditanya mengenai alasannya menyukai motor gede. Pada saat ia duduk di bangku SMP, ia sudah senang berkreasi dengan motornya dan tidak jarang ia merakit sendiri motornya. “Motor atau mobil, kalo saya hobbynya emang lebih ke speed, adrenalin”, ketertarikannya terhadap motor gede yang memiliki kecepatan besar ini sudah ia rasakan sejak ia masih muda, bahkan Leo dahulu bercita-cita untuk dapat menjadi seorang pembalap. Pada awal tahun 2010 ia memutuskan untuk membeli motor Harley Davidson untuk memenuhi kegemarannya naik motor. Motor yang digunakannya hanya sekitar 2 tahun ini memilih Harley Davidson sebagai motor pertamanya karena kesukaannya terhadap motor Harley tersebut. Alasannya memilih Harley tidak jauh-jauh karena Leo merupakan pria yang sangat suka meng-custom motornya sendiri “kalo saya kan suka  custom, jadi kalo saya beli motor kebanyakan yang saya suka, ga pasaran, dan bisa di customcustom memiliki daya tarik sendiri baginya. Saat ini motor yang ia gunakan untuk menyalurkan hobbynya dan untuk mengisi luang adalah Ducati. Leo pun mengaku ia tidak sembarangan dalam memilih motor kesukaannya, sejak awal ia melihat motor Ducati ini ia pun langsung jatuh hati dan tertarik untuk membelinya tanpa memperdulikan masalah biaya. Pada tahun 2013 Leo baru resmi memli motornya tersebut. Pria yang mengaku selalu menyukai motor yang extream dan tidak standart ini masuk kedalam suatu komunitas motor Ducati yang bernama DDOCI  sejak pertama kali ia membeli motor Ducatinya tersebut.

             Dalam mengisi waktu luangnya, sebagian besar waktunya sering dihabiskan dengan komunitas dari DDOCI ini. Agenda touring resmi menjadi rentetan kegiatan yang sering diadakan komunitas DDOCI ini yang diadakan setahun 3 kali ini. Pria yang tidak jarang mengikuti acara touring yang diadakan komunitas yang memiliki anggota kurang lebih 100 orang ini menjelaskan perbedaan touring resmi dan touring tidak resmi yang pernah ia ikuti “kalo touring resmi itu udah diatur semuanya, mulai dari pengangkutan, hotel, fore rider, dan acaranya udah ditentuin jalurnya. Ya beda lah lebih rame” jelasnya membandingkan dengan touring tidak resmi yang biasanya hanya dilakukan karena ide spontan dari perorangan. Pengalaman menarik baginya dalam mengisi waktu luangnya ini adalah ketika Leo bisa ngumpul-ngumpul dengan komunitasnya tersebut dan ikut touring, seperti touring ke Bali dan Jawa. “senengnya bisa tau daerah Indonesia yang belom pernah bisa dipergiin. Kaya misalnya pas ke touring ke Sumatra itu pemandangannya bagus banget” ujarnya menceritakan pengalaman menariknya saat touring. Leo bersama dengan komunitas DDOCI sudah berdiri 13 tahun sejak tanggal 20 september 2001 ini tidak jarang mengisi waktu luang mereka untuk berbagi dengan sesama yang membutuhkan.

 Leo pun tidak membantah jika anak motor kerap kali dianggap negative dan erat dengan dunia balapan, ia pun menjelaskan bahwa komunitas Ducati tempat ia bernaung pun sering mengadakan acara balap di sentul. “Kalo balapan sih dari ducati nyelenggarain satu tahun ada 3 kali ke sentul. Itu diajarin safety rideng dan bisa ngetes motor di sentul” melalui kegiatan ini Leo pun merasa senang karena bisa bawa membawa motornya jauh lebih kencang dan mengerti bagaimana cara ia harus mengendalikan dan membawa motornya. Melalui kegiatan ini pun ia merasa berkesempatan untuk merasakan meraih mimpinya menjadi pembalap tanpa harus menjadi pembalap yang sesungguhnya. “Kebanyakan orang Indonesia yang punya motor gede hanya beli dan ga dipake, hanya untuk prestige. Kalo di sentul kita bisa tau cara bawa motor kita dengan arena balap yang sesungguhnya” tambahnya menjelaskan. Leo mengaku  kesibukannya dalam pekerjaan pun menjadi penghambatnya untuk tidak dapat berpartisipasi dalam kegiatan-kegiatan touring yang diadakan komunitas., namun ia berharap agar komunitas DDOCI ini dapat tetap rame dan kompak satu sama lain. 

Tidak hanya mengisi waktu luang dengan riding, nongkrong, dan touring bersama dengan komunitasnya, ternyata sejak 4 tahun lalu Leo juga sudah menekuni olehraga golf. Alasannya pun cukup menarik karena menurutnya olahraga golf merupakan satu-satunya olah raga dengan tingkat cidera yang rendah, lebih santai, dan dapat melatih konsentrasi. Pria yang juga sering menghabiskan waktunya untuk golf ke daerah Bogor dan Tanggerang ini merasa view  menjadi salah satu faktor yang menjadi alasan ia memilih tempat golf tersebut. Jika berbicara tentang kedua kegiatan yang sering ia lakukan, Leo mengaku tidak sedikit biaya yang ia keluarkan. “Hobby itu untuk refreshing karena jakarta sendiri macet jadi kita perlu refreshing” ujarnya menjelaskan kesenangan yang ia dapatkan melalui hobbynya tersebut.
           
            Pria yang mengaku jarang mengunjungi objek wisata di Jakarta ini ternyata memiliki harapan khusus bagi Jakarta agar Jakarta menjadi kota yang tertib, aman, dan bersih. Leo sendiri mengaku lebih suka mengajak anak-anaknya untuk pergi ke objek wisata yang ada di luar negri dibandingkan dengan obejk wisata yang ada di Jakarta, karena objek wisata di luar negri lebih bagus, lebih aman, dan nyaman baginya. Menurutnya sebenarnya Indonesia tidak kalah jika dibandingkan dengan luar negri, namun masih kurangnya campur tangan yang serius dari pemerintah kerap kali membuatnya tidak tertarik untuk pergi ke objek-objek wisata, khususnya objek wisata yang ada di Jakarta.




Created by,
Ilona Dea            




posted by Ilona Dea

Monday, September 22, 2014

JAKARTA REPOSE PROJECT #5

Jesica Tatang - 20 tahun

Jesica Tatang, begitulah nama lengkap dari wanita berusia 20 tahun ini. Sudah sekitar 2 tahun ini, ia resmi menjadi mahasiswi Fakultas Kedokteran di UNIKA Atma Jaya. Jesica tatang atau yang lebih akrab disapa Jesica ini setiap harinya sibuk kuliah dan mengerjakan tugas. Tidak hanya kuliah, ternyata calon dokter satu ini juga dapat membagi waktunya untuk membuka sebuah bisnis clothing line. Meski terbilang baru dalam membuka clothing line, bisnis yang ditekuni Jesica sejak pertengahan tahun 2014 ini memang menjadi cita-citanya sejak dulu.

Ditengah-tengah kesibukannya kuliah dan menjalankan bisnisnya, Jesica mengaku waktu luang sangat penting baginya. Baginya waktu luang dapat menjadi sarana untuk refreshing disela-sela rutinitasnya menjalani jadwal kuliah yang padat dan tugas-tugasnya. “Penting banget karena kalo kita stress terus, misalnya stress kuliah sibuk ga ada istirahatnya itu juga bisa berpengaruh ke kuliah. Bisa jadi ga bagus” tambahnya menjelaskan seberapa penting waktu luang baginya. Dalam mengisi waktu luang, Jesica biasanya menghabiskan waktunya untuk jalan-jalan bersama teman kampus dan nonton film. Biasanya Jesica dan teman-teman kuliahnya sering menghabiskan waktu luang sehabis kelas untuk pergi ke daerah Pantai Indak Kapuk (PIK) maupun ke mall yang tidak jauh dari kampusnya. Jujur diakuinya bahwa terdapat perbedaan tempat untuk pergi ketika hari libur, seperti misalnya ketika hari sabtu atau minggu tidak jarang wanita yang bertempat tinggal di Jakarta Barat ini bahkan sering menghabiskan waktunya untuk kegiatan bakti sosial yang diadakan oleh kampusnya kemudian pergi ke Café kesukaannya di daerah Senayan, Jakarta Selatan.“Kebanyakan café cuma menjual ambience-nya, kalo misalnya Union menjual ambience dan makanannya juga enak”  paparnya untuk tetap memilih café kesukaannya tersebut. Dalam memilih tempat nongkrong Jesica sangat memperhatikan dari segi suasana dan kelezatan makanannya karena  menurutnya kebanyakan café saat ini hanya menjual suasana saja sedangkan makanan yang disajikan tidak begitu lezat. Tidak hanya café di daerah Senayan saja, ia pun mengaku tertarik dengan café yang ada di daerah Kemang, Jakarta Selatan. Alasannya pun serupa karena suasana dan makanan yang ditawarkan sangat memuaskan dirinya. Ternyata untuk pergi ke suatu café Jesica sangat mengandalkan review dari orang-orang disekitarnya. Kerap kali ia juga sering melihat review dari blogger yang me-review suatu tempat makan. 

Selama menjalani waktu luangnya ini, terdapat pengalaman menarik serta mengerikan yang pernah ia alami. Pengalaman menarik yang pernah ia alami bersama dengan teman-temannya adalah pada saat ia mentangi satu café di kawasan kemang pada saat ia ingin pulang terjadi hujan deras, namun pada saat itu Jesica pulang menggunakan mobil pendek dimana kawasan kemang ternyata banjir, ditambah lagi wiper mobil yang ditumpangi mati. “Jadi kita nyetir dengan keadaan hujan, banjir dan wiper mati. Saparuh menantang maut” tambahnya menjelaskan pengalaman menariknya. Meski begitu pengalamannya bersama teman-temannya yang menarik sekaligus mengerikan ini merupakan pengalaman yang paling berkesan bagi dirinya.  Sebagai anak kuliah 50% dari uang jajan yang ia terima ia gunakan untuk leisure time. “50% dari leisure time karena kadang hobby juga, kaya misalnya ada orang yang hobby nonton. Kalo itu hobby berapa aja pasti kita keluarin” jelasnya mengenai budget untuk melakukan leisure time.

Wanita berusia 20 tahun ini ternyata memiliki hobby khusus yang sudah lama ia sukai sejak ia duduk di kelas 3 smp yaitu diving. Saat pertama kali diving di Kalimantan, Jesica mulai jatuh hati pada olahraga air ini dan saat itulah ia mulai menekuni hobbynya tersebut. Jesica mengaku ia pun pada mulanya merasa takut untuk mencoba diving, namun ketika ia sudah mencobanya ia menjadi memiliki ketertarikan untuk mendalami olahraga diving ini. Sejak saat itu Jesica pun ingin langsung membuat license, namun keinginannya tidak dapat langsung terencana. Sebelum membuat license diving ini, Jesica ternyata sudah pernah diving di berbagai tempat seperti di Pulau Wakatobi dan Pulau Komodo. Harapan untuk membuat diving license ini baru bisa terwujud pada tahun 2014 ini. “Sejak tahun 2014 itu baru dream come true, lama banget sejak smp pengen punya diving license” ujarnya menjelaskan penantiannya selama 5 tahun untuk dapat membuat diving license. Jesica pun saat ini bergabung dalam komunitas Corona Diving Club, komunitas inilah yang mengajarkannya dan menjadi perantaranya untuk mendapatkan diving license yang ia inginkan. Jesica dengan bersemangat menceritakan pengalamannya ketika mengikuti ujian diving di Pulau Sepa, Pulau Seribu. Pengalamannya saat ke Pulau Seribu ternyata  hanya untuk ujian diving semata. “Waktu ujian pertama kali susah, ga segampang yang dikira. Ternyata harus lepas masker di air, gimana sharing udara sama temen di air. Kaya gitu susahnya”. Meski harus menempuh ujian diving yang tergolong susah, namun usahanya tidak sia-sia dengan adanya diving license Jesica akan dapat semakin sering untuk diving yang tidak terbatas dengan kedalaman. “Pernah ketemu sea fan, itu kaya kerang kipas gede banget. Terus keremu uler laut, penyu, dan hiu” merupakan pengalaman yang tidak akan pernah terlupakan olehnya selama diving. Ketika disuruh memilih antara kegiatan yang sering ia lakukan yakni nongkrong dengan teman-temannya dengan diving, wanita satu ini menjawab dengan tegas menjawab diving.

Jesica dengan jujur mengakui hobby yang ditekuninya ini memang tidak dapat tergolong murah. Ia pun harus mengeluarkan biaya hingga sepuluh juta rupiah untuk membeli peralatan diving. Biaya yang tidak dapat dikatakan sedikit ini rela ia keluarkan untuk membeli peralatan seperti wetsuit, jacket, fin, regulator, dan masker. Menurutnya apapun dan berapapun rela ia keluarkan demi kecintaannya terhadap diving. “Diving itu sebenarnya bisa pinjem alatnya, tapi alat yang kita dapet belom tentu bagus dan kadang membahayakan diri kita sendiri” tambahnya sebagai alasan yang semakin memperkuatnya untuk membeli peralatan diving. Faktor kebersihan dan kesterilan ketika menggunakan peralatan dari tempat diving juga perlu diperhatikan, karena menurut Jesica ketika kita penggunakan peralatan umum kebersihannya itu masih diragukan dan dapat mengakibatkan keracunan bagi penggunanya. Sering kali waktu dan kesehatan menjadi faktor penghambat dirinya tidak dapat melakukan jadwal diving yang sudah ditetapkannya, yakni selama 1 tahun 2 kali ini. Kesehatan pun sangat penting diperhatikan sebelum melakukan diving, hal tersebut dikarenakan pada kondisi yang tidak sehat para divers bisa saja terserang mual dan muntah. Jesica sangat menaruh harapannya kepada pemerintah agar bisa mendukung tempat wisata, khususnya pulau yang ada di Indonesia. Hal ini diakuinya karena menurutnya Indonesia memiliki kekayaan alam yang sangat beragam dan indah jika dikembangkan, sebut saja 70% terumbu karang di dunia itu terdapat di Raja Ampat, Indonesia. Sebagai divers ia pun sangat menyangkan fasilitas yang belum memadai di pulau-pulau tertentu. Jesica pun berharap kedepannya untuk mengisi waktu luangnya ia dapat mengunjungi Raja Ampat - Papua dan Tanjung Bira - Sulawesi Utara. ”Gua tuh kalo diving lebih suka ngeliat ikan yang gede, dibandingin ikan yang kecil. Kaya perasaannya beda aja gitu ketika ngeliat hiu atau ikan pari dengan panjang 6 meter lewat diatas kita” menjelaskan alasannya ingin mengunjungi pulau tersebut dan akan terus menekuni hobbynya ini.

Wanita yang sangat tidak suka dengan asap rokok ini ternyata mempunyai ketertarikan dengan alam, “kaya seru aja gitu ngeliat alam, kaya udah bosen juga sih kadang sama café. Terus kalo liat taman gitu dijakarta jarang” ujarnya menjelaskan keinginannya untuk dapat mengunjungi Hutan Mangrove di PIK. Menurut Jesica sendiri tempat-tempat seperti itu penting ada di Jakarta karena orang Jakarta perlu hiburan lain selain Café  dan objek wisata seperti seaword bisa ditambah atau dipugar agar lebih baik kedepannya. Harapannya bagi kota jakarta agar objek wisata yang berbau alam dapat lebih dikembangkan. Menurutnya anak muda akan lebih tertarik dengan konsep alam seperti Hutan Mangrove.  Tidak hanya itu, ia pun berharap Jakarta memiliki taman seperti taman-taman yang ada di Bandung. Dengan adanya taman-taman yang memiliki tema yang unik Jesica merasa  optimis banyak anak muda yang akan datang bahkan berkontribusi menghias taman tersebut. “Jakarta udah penuh banget sama gedung-gedung. Kalo kita buat taman itu  bisa mengurangi banjir dan kemacetan juga bisa berdampak buat jakarta yang lebih baik” paparnya.




Created by,
Ilona Dea



posted by Ilona Dea