Jesica Tatang - 20 tahun |
Jesica
Tatang, begitulah nama lengkap dari wanita berusia 20 tahun ini. Sudah sekitar
2 tahun ini, ia resmi menjadi mahasiswi Fakultas Kedokteran di UNIKA Atma Jaya.
Jesica tatang atau yang lebih akrab disapa Jesica ini setiap harinya sibuk
kuliah dan mengerjakan tugas. Tidak hanya kuliah, ternyata calon dokter satu
ini juga dapat membagi waktunya untuk membuka sebuah bisnis clothing line.
Meski terbilang baru dalam membuka clothing line, bisnis yang ditekuni Jesica
sejak pertengahan tahun 2014 ini memang menjadi cita-citanya sejak dulu.
Ditengah-tengah
kesibukannya kuliah dan menjalankan bisnisnya, Jesica mengaku waktu luang
sangat penting baginya. Baginya waktu luang dapat menjadi sarana untuk
refreshing disela-sela rutinitasnya menjalani jadwal kuliah yang padat dan
tugas-tugasnya. “Penting banget karena kalo kita stress terus, misalnya stress
kuliah sibuk ga ada istirahatnya itu juga bisa berpengaruh ke kuliah. Bisa jadi
ga bagus” tambahnya menjelaskan seberapa penting waktu luang baginya. Dalam
mengisi waktu luang, Jesica biasanya menghabiskan waktunya untuk jalan-jalan
bersama teman kampus dan nonton film. Biasanya Jesica dan teman-teman kuliahnya
sering menghabiskan waktu luang sehabis kelas untuk pergi ke daerah Pantai
Indak Kapuk (PIK) maupun ke mall yang tidak jauh dari kampusnya. Jujur
diakuinya bahwa terdapat perbedaan tempat untuk pergi ketika hari libur,
seperti misalnya ketika hari sabtu atau minggu tidak jarang wanita yang
bertempat tinggal di Jakarta Barat ini bahkan sering menghabiskan waktunya
untuk kegiatan bakti sosial yang diadakan oleh kampusnya kemudian pergi ke Café
kesukaannya di daerah Senayan, Jakarta Selatan.“Kebanyakan café cuma menjual
ambience-nya, kalo misalnya Union menjual ambience dan makanannya juga
enak” paparnya untuk tetap memilih café
kesukaannya tersebut. Dalam memilih tempat nongkrong Jesica sangat
memperhatikan dari segi suasana dan kelezatan makanannya karena menurutnya kebanyakan café saat ini hanya
menjual suasana saja sedangkan makanan yang disajikan tidak begitu lezat. Tidak
hanya café di daerah Senayan saja, ia pun mengaku tertarik dengan café yang ada
di daerah Kemang, Jakarta Selatan. Alasannya pun serupa karena suasana dan
makanan yang ditawarkan sangat memuaskan dirinya. Ternyata untuk pergi ke suatu
café Jesica sangat mengandalkan review dari orang-orang disekitarnya. Kerap
kali ia juga sering melihat review dari blogger yang me-review suatu tempat
makan.
Selama
menjalani waktu luangnya ini, terdapat pengalaman menarik serta mengerikan yang
pernah ia alami. Pengalaman menarik yang pernah ia alami bersama dengan
teman-temannya adalah pada saat ia mentangi satu café di kawasan kemang pada
saat ia ingin pulang terjadi hujan deras, namun pada saat itu Jesica pulang
menggunakan mobil pendek dimana kawasan kemang ternyata banjir, ditambah lagi wiper mobil yang ditumpangi mati. “Jadi kita nyetir dengan keadaan hujan, banjir dan wiper mati. Saparuh menantang maut” tambahnya menjelaskan pengalaman menariknya. Meski
begitu pengalamannya bersama teman-temannya yang menarik sekaligus mengerikan
ini merupakan pengalaman yang paling berkesan bagi dirinya. Sebagai anak kuliah 50% dari uang jajan yang ia terima ia gunakan
untuk leisure time. “50% dari leisure time karena kadang hobby juga, kaya
misalnya ada orang yang hobby nonton. Kalo itu hobby berapa aja pasti kita
keluarin” jelasnya mengenai budget untuk melakukan leisure time.
Wanita
berusia 20 tahun ini ternyata memiliki hobby khusus yang sudah lama ia sukai
sejak ia duduk di kelas 3 smp yaitu diving. Saat pertama kali diving di
Kalimantan, Jesica mulai jatuh hati pada olahraga air ini dan saat itulah ia
mulai menekuni hobbynya tersebut. Jesica mengaku ia pun pada mulanya merasa
takut untuk mencoba diving, namun ketika ia sudah mencobanya ia menjadi
memiliki ketertarikan untuk mendalami olahraga diving ini. Sejak saat itu
Jesica pun ingin langsung membuat license, namun keinginannya tidak dapat
langsung terencana. Sebelum membuat license diving ini, Jesica ternyata sudah
pernah diving di berbagai tempat seperti di Pulau Wakatobi dan Pulau Komodo. Harapan
untuk membuat diving license ini baru bisa terwujud pada tahun 2014 ini. “Sejak
tahun 2014 itu baru dream come true, lama banget sejak smp pengen punya diving
license” ujarnya menjelaskan penantiannya selama 5 tahun untuk dapat membuat
diving license. Jesica pun saat ini bergabung dalam komunitas Corona Diving Club, komunitas inilah yang mengajarkannya dan menjadi perantaranya untuk
mendapatkan diving license yang ia inginkan. Jesica dengan bersemangat
menceritakan pengalamannya ketika mengikuti ujian diving di Pulau Sepa, Pulau
Seribu. Pengalamannya saat ke Pulau Seribu ternyata hanya untuk ujian diving semata. “Waktu
ujian pertama kali susah, ga segampang yang dikira. Ternyata harus lepas masker
di air, gimana sharing udara sama temen di air. Kaya gitu susahnya”. Meski
harus menempuh ujian diving yang tergolong susah, namun usahanya tidak sia-sia
dengan adanya diving license Jesica akan dapat semakin sering untuk diving yang
tidak terbatas dengan kedalaman. “Pernah ketemu sea fan, itu kaya kerang kipas
gede banget. Terus keremu uler laut, penyu, dan hiu” merupakan pengalaman yang
tidak akan pernah terlupakan olehnya selama diving. Ketika disuruh memilih
antara kegiatan yang sering ia lakukan yakni nongkrong dengan teman-temannya
dengan diving, wanita satu ini menjawab dengan tegas menjawab diving.
Jesica
dengan jujur mengakui hobby yang ditekuninya ini memang tidak dapat tergolong
murah. Ia pun harus mengeluarkan biaya hingga sepuluh juta rupiah untuk membeli
peralatan diving. Biaya yang tidak dapat dikatakan sedikit ini rela ia
keluarkan untuk membeli peralatan seperti wetsuit, jacket, fin, regulator, dan
masker. Menurutnya apapun dan berapapun rela ia keluarkan demi kecintaannya
terhadap diving. “Diving itu sebenarnya bisa pinjem alatnya, tapi alat yang
kita dapet belom tentu bagus dan kadang membahayakan diri kita sendiri”
tambahnya sebagai alasan yang semakin memperkuatnya untuk membeli peralatan
diving. Faktor kebersihan dan kesterilan ketika menggunakan peralatan dari
tempat diving juga perlu diperhatikan, karena menurut Jesica ketika kita
penggunakan peralatan umum kebersihannya itu masih diragukan dan dapat
mengakibatkan keracunan bagi penggunanya. Sering kali waktu dan kesehatan
menjadi faktor penghambat dirinya tidak dapat melakukan jadwal diving yang
sudah ditetapkannya, yakni selama 1 tahun 2 kali ini. Kesehatan pun sangat
penting diperhatikan sebelum melakukan diving, hal tersebut dikarenakan pada
kondisi yang tidak sehat para divers bisa saja terserang mual dan muntah. Jesica
sangat menaruh harapannya kepada pemerintah agar bisa mendukung tempat wisata,
khususnya pulau yang ada di Indonesia. Hal ini diakuinya karena menurutnya
Indonesia memiliki kekayaan alam yang sangat beragam dan indah jika
dikembangkan, sebut saja 70% terumbu karang di dunia itu terdapat di Raja
Ampat, Indonesia. Sebagai divers ia pun sangat menyangkan fasilitas yang belum
memadai di pulau-pulau tertentu. Jesica pun berharap kedepannya
untuk mengisi waktu luangnya ia dapat mengunjungi Raja Ampat - Papua dan
Tanjung Bira - Sulawesi Utara. ”Gua tuh kalo diving lebih suka ngeliat ikan
yang gede, dibandingin ikan yang kecil. Kaya perasaannya beda aja gitu ketika
ngeliat hiu atau ikan pari dengan panjang 6 meter lewat diatas kita”
menjelaskan alasannya ingin mengunjungi pulau tersebut dan akan terus menekuni
hobbynya ini.
Wanita
yang sangat tidak suka dengan asap rokok ini ternyata mempunyai ketertarikan
dengan alam, “kaya seru aja gitu ngeliat alam, kaya udah bosen juga sih kadang
sama café. Terus kalo liat taman gitu dijakarta jarang” ujarnya menjelaskan
keinginannya untuk dapat mengunjungi Hutan Mangrove di PIK. Menurut Jesica
sendiri tempat-tempat seperti itu penting ada di Jakarta karena orang Jakarta
perlu hiburan lain selain Café dan objek wisata seperti seaword bisa ditambah
atau dipugar agar lebih baik kedepannya. Harapannya bagi kota jakarta agar
objek wisata yang berbau alam dapat lebih dikembangkan. Menurutnya anak muda
akan lebih tertarik dengan konsep alam seperti Hutan Mangrove. Tidak hanya itu, ia pun berharap Jakarta
memiliki taman seperti taman-taman yang ada di Bandung. Dengan adanya
taman-taman yang memiliki tema yang unik Jesica merasa optimis banyak anak muda yang akan datang
bahkan berkontribusi menghias taman tersebut. “Jakarta udah penuh banget sama
gedung-gedung. Kalo kita buat taman itu
bisa mengurangi banjir dan kemacetan juga bisa berdampak buat jakarta
yang lebih baik” paparnya.
Created by,
Ilona Dea
posted by Ilona Dea
0 comments:
Post a Comment