Leonard - 35 tahun |
Leonard Chang, begitulah
nama lengkap pria kelahiran Jakarta, 29 Juli 1979 ini. Leonard atau yang lebih
akrab disapa Leo ini sehari-harinya sibuk menjalani usaha yang ia bangun
sendiri. Sebagai wiraswasta di bidang genset (generator) dan AC, Leo mengaku tidak
perlu menghabiskan waktunya seharian sejak pukul 9 pagi hingga 5 sore hanya
untuk bekerja di kantor. Sehari-harinya ia pun memiliki waktu luang yang dapat
tergolong banyak jika dibandingkan dengan wiraswasta lainnya, waktu yang
fleksibel membuat Leo lebih dapat menghabiskan waktunya untuk kegiatan-kegiatan
yang ia sukai.
Dalam mengisi waktu luangnya, pria yang sudah berkeluarga
ini mengaku sering menghabiskan waktunya untuk jalan-jalan, naik motor, dan
menyempatkan waktunya untuk pergi bersama keluarga. Diakuinya ia sering
menghabiskan waktunya bersama teman-temannya terutama untuk pergi ke mall yang
berada di daerah senayan. Alasannya pun cukup sederhana karena di mall tersebut
menyediakan parkir motor yang memadai untuk motor gedenya dan dekat dari tempat tinggalnya. Pria berusia 35
tahun ini mulai menggemari motor sejak ia duduk di bangku SMP, namun
ketertarikannya naik motor gede berawal sejak tahun 2010. “Emang hobby dari
dulu, hobbynya mobil sama motor” ungkapnya ketika ditanya mengenai alasannya
menyukai motor gede. Pada saat ia duduk di bangku SMP, ia sudah senang
berkreasi dengan motornya dan tidak jarang ia merakit sendiri motornya. “Motor
atau mobil, kalo saya hobbynya emang lebih ke speed, adrenalin”,
ketertarikannya terhadap motor gede yang memiliki kecepatan besar ini sudah ia
rasakan sejak ia masih muda, bahkan Leo dahulu bercita-cita untuk dapat menjadi
seorang pembalap. Pada awal tahun 2010 ia memutuskan untuk membeli motor Harley
Davidson untuk memenuhi kegemarannya naik motor. Motor yang digunakannya hanya sekitar
2 tahun ini memilih Harley Davidson sebagai motor pertamanya karena kesukaannya
terhadap motor Harley tersebut. Alasannya memilih Harley tidak jauh-jauh karena
Leo merupakan pria yang sangat suka meng-custom motornya sendiri “kalo saya kan
suka custom, jadi kalo saya beli motor
kebanyakan yang saya suka, ga pasaran, dan bisa di custom” custom memiliki daya tarik sendiri baginya. Saat ini motor yang ia gunakan untuk
menyalurkan hobbynya dan untuk mengisi luang adalah Ducati. Leo pun mengaku ia
tidak sembarangan dalam memilih motor kesukaannya, sejak awal ia melihat motor
Ducati ini ia pun langsung jatuh hati dan tertarik untuk membelinya tanpa
memperdulikan masalah biaya. Pada tahun 2013 Leo baru resmi memli motornya
tersebut. Pria yang mengaku selalu menyukai motor yang extream dan tidak
standart ini masuk kedalam suatu komunitas motor Ducati yang bernama DDOCI sejak pertama kali ia membeli motor Ducatinya
tersebut.
Dalam mengisi
waktu luangnya, sebagian besar waktunya sering dihabiskan dengan komunitas dari
DDOCI ini. Agenda touring resmi menjadi rentetan kegiatan yang sering diadakan
komunitas DDOCI ini yang diadakan setahun 3 kali ini. Pria yang tidak jarang
mengikuti acara touring yang diadakan komunitas yang memiliki anggota kurang
lebih 100 orang ini menjelaskan perbedaan touring resmi dan touring tidak resmi
yang pernah ia ikuti “kalo touring resmi itu udah diatur semuanya, mulai dari
pengangkutan, hotel, fore rider, dan acaranya udah ditentuin jalurnya. Ya beda
lah lebih rame” jelasnya membandingkan dengan touring tidak resmi yang biasanya
hanya dilakukan karena ide spontan dari perorangan. Pengalaman menarik baginya
dalam mengisi waktu luangnya ini adalah ketika Leo bisa ngumpul-ngumpul dengan
komunitasnya tersebut dan ikut touring, seperti touring ke Bali dan Jawa.
“senengnya bisa tau daerah Indonesia yang belom pernah bisa dipergiin. Kaya misalnya
pas ke touring ke Sumatra itu pemandangannya bagus banget” ujarnya menceritakan
pengalaman menariknya saat touring. Leo bersama dengan komunitas DDOCI sudah berdiri
13 tahun sejak tanggal 20 september 2001 ini tidak jarang mengisi waktu luang mereka untuk
berbagi dengan sesama yang membutuhkan.
Leo pun tidak membantah jika anak motor kerap
kali dianggap negative dan erat dengan dunia balapan, ia pun menjelaskan bahwa
komunitas Ducati tempat ia bernaung pun sering mengadakan acara balap di
sentul. “Kalo balapan sih dari ducati nyelenggarain satu tahun ada 3 kali ke
sentul. Itu diajarin safety rideng dan bisa ngetes motor di sentul” melalui kegiatan
ini Leo pun merasa senang karena bisa bawa membawa motornya jauh lebih kencang
dan mengerti bagaimana cara ia harus mengendalikan dan membawa motornya.
Melalui kegiatan ini pun ia merasa berkesempatan untuk merasakan meraih
mimpinya menjadi pembalap tanpa harus menjadi pembalap yang sesungguhnya. “Kebanyakan
orang Indonesia yang punya motor gede hanya beli dan ga dipake, hanya untuk
prestige. Kalo di sentul kita bisa tau cara bawa motor kita dengan arena balap
yang sesungguhnya” tambahnya menjelaskan. Leo mengaku kesibukannya dalam pekerjaan pun menjadi penghambatnya untuk tidak
dapat berpartisipasi dalam kegiatan-kegiatan touring yang diadakan komunitas., namun ia berharap agar komunitas DDOCI ini dapat tetap rame dan kompak satu sama lain.
Tidak
hanya mengisi waktu luang dengan riding, nongkrong, dan touring bersama dengan
komunitasnya, ternyata sejak 4 tahun lalu Leo juga sudah menekuni olehraga
golf. Alasannya pun cukup menarik karena menurutnya olahraga golf merupakan
satu-satunya olah raga dengan tingkat cidera yang rendah, lebih santai, dan
dapat melatih konsentrasi. Pria yang juga sering menghabiskan waktunya untuk
golf ke daerah Bogor dan Tanggerang ini merasa view menjadi salah satu faktor yang menjadi alasan
ia memilih tempat golf tersebut. Jika berbicara tentang kedua kegiatan yang
sering ia lakukan, Leo mengaku tidak sedikit biaya yang ia keluarkan. “Hobby
itu untuk refreshing karena jakarta sendiri macet jadi kita perlu refreshing”
ujarnya menjelaskan kesenangan yang ia dapatkan melalui hobbynya tersebut.
Pria yang mengaku jarang mengunjungi objek wisata di
Jakarta ini ternyata memiliki harapan khusus bagi Jakarta agar Jakarta menjadi
kota yang tertib, aman, dan bersih. Leo sendiri mengaku lebih suka
mengajak anak-anaknya untuk pergi ke objek wisata yang ada di luar negri dibandingkan
dengan obejk wisata yang ada di Jakarta, karena objek wisata di luar negri
lebih bagus, lebih aman, dan nyaman baginya. Menurutnya sebenarnya Indonesia
tidak kalah jika dibandingkan dengan luar negri, namun masih kurangnya campur
tangan yang serius dari pemerintah kerap kali membuatnya tidak tertarik untuk
pergi ke objek-objek wisata, khususnya objek wisata yang ada di Jakarta.
Created by,
Ilona Dea
posted by Ilona Dea
0 comments:
Post a Comment