Yasa Paramita Singgih - 19 tahun |
Yasa Paramita Singgih, atau yang lebih akrab disapa Yasa ini hari-harinya diisi
dengan segudang kesibukan yang dijalaninya. Muda dan berbakat mungkin dapat
menggambarkan pria yang baru berusia 19 tahun. Sehari-harinya Yasa disibukan
dengan rutinitasnya sebagai mahasiswa di universitas Bina Nusantara semester 3
yang mengambil juruan Marketing Communication. Tidak seperti anak usia 19 tahun
pada umumnya, Yasa sudah mulai menjalani bisnisnya sendiri sejak ia berusia 15 tahun.
Selama 4 tahun yasa yang sekarang terjun untuk membuka bisnis online yang
menjual fashion pria ini sudah merasakan pahit dan manisnya dunia bisnis. Awal
mulanya ia membuka bisnis diakuinya karena ia ingin belajar mandiri dan tidak
meminta uang jajan dari orang tuanya lagi, namun bisnis yang dijalaninya sejak
awal pun tidak selancar yang kita pikirkan. Sebelum meraih kesuksesannya di
bisnis fashion ini, ternyata Yasa pun sempat mengalami jatuh bangun dalam
menjalani bisnisnya dengan mencoba menjual lampu hias. Akhirnya setelah bisnis
lampu hiasnya tidak berjalan ia membuat suatu brand Men’s Republic “produk kita
sih udah tembus ke satu Indonesia, bahkan bulan ini juga tembus sampe ke Hongkong” ujarnya menjelaskan keadaan bisnis yang ia tekuni saat ini. Saat ini
Yasa pun sudah dinobatkan sebagai salah satu wiraswasta muda di Indonesia.
Sejak
memulai usahanya, diakuinya sebagian besar waktu luangnya ia lakukan untuk
kegiatan bisnis. “Kalo sekarang di waktu luang, gua lebih banyak ikut seminar. Seminar bisnis, hipnoterapi, dan leadership training untuk menambah skill”
ujarnya menjelaskan kegiatan waktu luang yang sering ia lakukan. Tidak hanya
mendatangi seminar saja, Yasa yang sudah menjadi salah satu wiraswasta termuda
di Indonesia kerap kali membagikan pengalamannya di berbagai kampus baik di Jakarta
maupun luar kota. Yasa yang memang sudah terjun kedunia bisnis sejak muda juga
pernah mengisi acara seminar di kampus UGM. Jujur diakuinya menurutnya
kesempatan emas yang terjadi dalam hidupnya ini tidak akan pernah ia
sia-siakan. Dalam mengisi waktu luangnya, Yasa yang ternyata tergabung dalam
suatu komunitas bisnis ini mengaku setiap minggunya ia juga sering menghabiskan
waktunya bertemu dengan komunitasnya untuk sharing
dan bertukar tentang segala hal baik bisnis maupun non bisnis. Waktu luangnya sebenarnya
ia habiskan karena hobbynya dan usahanya di bidang bisnis, dan dari situlah ia mendapat banyak pengalaman. Perbedaan usia dan status dari komunitas pun tidak
menjadi penghalang bagi Yasa, namun perbedaan tersebut dapat dikatakan sebagai
hal yang menarik baginya karena dapat bertukar pikiran dengan orang-orang
tersbeut. “ Kalo gua ngobrol sama temen seusia gua, gua udah tau hidup mereka
gimana. Tapi pas gua ketemu sama orang yang lebih tua dari gua itu gua dapet
pengalaman baru” tambahnya menjelaskan.
Sebagai anak remaja yang masih terbilang baru
menjadi mahasiswa, ia pun kerap kali mendapat protes dari teman-temannya karena
sering menolak ajakan temannya dan tidak jarang banyak yang men-cap dirinya
aneh karena sebagain besar rutinitasnya ia gunakan untuk hal-hal yang
bermanfaat. Jika kebanyakan anak muda jaman sekarang lebih banyak menghabiskan
waktu luangnya untuk pergi ke café , mall, tempat clubbing, dan sebagainya ini jarang
Yasa lakukan. ”Kalo lagi bete, gua lebih seneng pergi ke tanah abang karena disana kita bisa liat perputaran uang yang sangat cepat. Dan dari situ biasanya gua dapet inspirasi buat bisnis gua” menjelaskan pemilihannya terhadap
tempat dibandingkan untuk pergi ke mall. Cukup menarik memang dimana diusianya saat ini Yasa justru lebih memilih mengunjungi suatu tempat yang sangat jarang dikunjungi anak muda bahkan pebisnis sekalipun. Kisah hidupnya kini telah banyak menginspirasi banyak anak muda dan tidak jarang ia mendapatkan kesempatan untuk membagikannya di berbagai acara di stasiun televisi swasta.
Anak
ketiga dari tiga bersaudara ini mengaku juga sangat tertarik dengan pameran-pameran
yang diadakan di Jakarta. ”Gua juga suka cari inspirasi dateng ke
pameran-pameran” ujarnya menjelaskan ketertarikannya terhadap pameran franchise
yang diadakan di Jakarta. Pria yang sangat suka baca buku ini selalu
menghabiskan waktu luangnya untuk melakukan kegiatan-kegiatan yang produktif.
Yasa tidak merasa minder dengan apa yang ia lakukan saat ini,
meskipun sangat bertolak belakang dengan kebanyakan anak muda seusianya Yasa
mengaku menikmati yang ia jalani saat ini. Pria yang kini memiliki omset yang fantastis ini sangat berharap
bahwa kedepannya di Jakarta banyak diadakan pameran yang memamerkan karya anak
bangsa. “Sekarang local brand lagi naik. Itu bisa menjadi ajang bagi brand Indonesia untuk membuktikan bahwa brand indonesia juga tidak
kalah dengan brand luar” paparnya menjelaskan ketertarikannya terhadap pameran
local brand. Ia pun sangat menyayangkan pameran terbesar yang sering didakan di
PRJ setiap tahunnya belum bisa menjadi ajang untuk pempromosikan hasil-hasil
karya anak bangsa. Menurutnya PRJ (Pekan Raya Jakarta) seharusnya menghadirkan
produk-produk asli indonesia bukan justru menghadirkan brand yang memang sudah
ternama. Hal ini sangat disayangkannya karena seharusnya melalui event besar
yang diadakan Jakarta setiap tahunnya dapat menjadi ajang pembuktian bagi
Jakarta dan dapat menjadi salah satu event yang ditunggu-tunggu bukan hanya
untuk pebisnis Indonesia, melainkan ditunggu-tunggu oleh semua masyarakat
Indonesia. Kegiatan yang sering dilakukannya
saat ini memang memerlukan biaya yang tidak sedikit. “Waktu luang yang
produktif gua budget-in lebih besar daripada budget gua untuk
hura-hura” karena baginya, melalui kegiatan waktu luang yang produktif ini ia dapat melihat
peluang lain bagi bisnisnya suatu saat nanti.
Pria
yang bertempat tinggal di Kebayoran Lama, Jakarta Selatan ini merasa Jakarta
sebagai Ibukota sudah dapat memenuhi kegiatan waklu luangnya yang produktif.
Meskipun begitu, kondisi jalanan Jakarta yang macet kerap kali membuatnya merasa
tidak nyaman tinggal di Jakarta. Yasa sangat mengharapkan Jakarta dapat menjadi kota
yang tertib dimulai dari hal yang terkecil seperti trotoar. Trotoar seharusnya
dipergunakan untuk tempat para pejalan kaki, namun kebanyakan trotoar saat ini
sudah ramai dipenuhi pedagang kaki lima. Hal ini menurutnya sangat mengganggu
keindahan kota Jakarta. Yasa pun memberikan pesan bagi anak muda Indonesia,
“buat anak muda,lu hidup cuma sekali dan punya masa muda hanya sekali.
Kebanyakan orang tua nyesel sama apa yang belom pernah ia lakukan di masa mudanya.
Jadi daripada pas udah tua kita nyesel sama masa muda kita yang ga
produktif,jadi mendingan berdayakan masa muda kita dari sekarang. Karena lebih
baik kehilangan masa muda daripada kehilangan masa depan” karena menurutnya masa muda merupakan masa
pembuktikan diri kita. Bukan berarti kehilangan masa muda itu kita tidak
menikmati masa muda, namun kita menikmatinya dengan hal-hal yang produktif
karena masa depan Jakarta ditangan anak-anak muda saat ini.
Created by,
Ilona Dea
posted by Ilona Dea
0 comments:
Post a Comment