Monday, September 22, 2014

JAKARTA REPOSE PROJECT #5

Jesica Tatang - 20 tahun

Jesica Tatang, begitulah nama lengkap dari wanita berusia 20 tahun ini. Sudah sekitar 2 tahun ini, ia resmi menjadi mahasiswi Fakultas Kedokteran di UNIKA Atma Jaya. Jesica tatang atau yang lebih akrab disapa Jesica ini setiap harinya sibuk kuliah dan mengerjakan tugas. Tidak hanya kuliah, ternyata calon dokter satu ini juga dapat membagi waktunya untuk membuka sebuah bisnis clothing line. Meski terbilang baru dalam membuka clothing line, bisnis yang ditekuni Jesica sejak pertengahan tahun 2014 ini memang menjadi cita-citanya sejak dulu.

Ditengah-tengah kesibukannya kuliah dan menjalankan bisnisnya, Jesica mengaku waktu luang sangat penting baginya. Baginya waktu luang dapat menjadi sarana untuk refreshing disela-sela rutinitasnya menjalani jadwal kuliah yang padat dan tugas-tugasnya. “Penting banget karena kalo kita stress terus, misalnya stress kuliah sibuk ga ada istirahatnya itu juga bisa berpengaruh ke kuliah. Bisa jadi ga bagus” tambahnya menjelaskan seberapa penting waktu luang baginya. Dalam mengisi waktu luang, Jesica biasanya menghabiskan waktunya untuk jalan-jalan bersama teman kampus dan nonton film. Biasanya Jesica dan teman-teman kuliahnya sering menghabiskan waktu luang sehabis kelas untuk pergi ke daerah Pantai Indak Kapuk (PIK) maupun ke mall yang tidak jauh dari kampusnya. Jujur diakuinya bahwa terdapat perbedaan tempat untuk pergi ketika hari libur, seperti misalnya ketika hari sabtu atau minggu tidak jarang wanita yang bertempat tinggal di Jakarta Barat ini bahkan sering menghabiskan waktunya untuk kegiatan bakti sosial yang diadakan oleh kampusnya kemudian pergi ke Café kesukaannya di daerah Senayan, Jakarta Selatan.“Kebanyakan café cuma menjual ambience-nya, kalo misalnya Union menjual ambience dan makanannya juga enak”  paparnya untuk tetap memilih café kesukaannya tersebut. Dalam memilih tempat nongkrong Jesica sangat memperhatikan dari segi suasana dan kelezatan makanannya karena  menurutnya kebanyakan café saat ini hanya menjual suasana saja sedangkan makanan yang disajikan tidak begitu lezat. Tidak hanya café di daerah Senayan saja, ia pun mengaku tertarik dengan café yang ada di daerah Kemang, Jakarta Selatan. Alasannya pun serupa karena suasana dan makanan yang ditawarkan sangat memuaskan dirinya. Ternyata untuk pergi ke suatu café Jesica sangat mengandalkan review dari orang-orang disekitarnya. Kerap kali ia juga sering melihat review dari blogger yang me-review suatu tempat makan. 

Selama menjalani waktu luangnya ini, terdapat pengalaman menarik serta mengerikan yang pernah ia alami. Pengalaman menarik yang pernah ia alami bersama dengan teman-temannya adalah pada saat ia mentangi satu café di kawasan kemang pada saat ia ingin pulang terjadi hujan deras, namun pada saat itu Jesica pulang menggunakan mobil pendek dimana kawasan kemang ternyata banjir, ditambah lagi wiper mobil yang ditumpangi mati. “Jadi kita nyetir dengan keadaan hujan, banjir dan wiper mati. Saparuh menantang maut” tambahnya menjelaskan pengalaman menariknya. Meski begitu pengalamannya bersama teman-temannya yang menarik sekaligus mengerikan ini merupakan pengalaman yang paling berkesan bagi dirinya.  Sebagai anak kuliah 50% dari uang jajan yang ia terima ia gunakan untuk leisure time. “50% dari leisure time karena kadang hobby juga, kaya misalnya ada orang yang hobby nonton. Kalo itu hobby berapa aja pasti kita keluarin” jelasnya mengenai budget untuk melakukan leisure time.

Wanita berusia 20 tahun ini ternyata memiliki hobby khusus yang sudah lama ia sukai sejak ia duduk di kelas 3 smp yaitu diving. Saat pertama kali diving di Kalimantan, Jesica mulai jatuh hati pada olahraga air ini dan saat itulah ia mulai menekuni hobbynya tersebut. Jesica mengaku ia pun pada mulanya merasa takut untuk mencoba diving, namun ketika ia sudah mencobanya ia menjadi memiliki ketertarikan untuk mendalami olahraga diving ini. Sejak saat itu Jesica pun ingin langsung membuat license, namun keinginannya tidak dapat langsung terencana. Sebelum membuat license diving ini, Jesica ternyata sudah pernah diving di berbagai tempat seperti di Pulau Wakatobi dan Pulau Komodo. Harapan untuk membuat diving license ini baru bisa terwujud pada tahun 2014 ini. “Sejak tahun 2014 itu baru dream come true, lama banget sejak smp pengen punya diving license” ujarnya menjelaskan penantiannya selama 5 tahun untuk dapat membuat diving license. Jesica pun saat ini bergabung dalam komunitas Corona Diving Club, komunitas inilah yang mengajarkannya dan menjadi perantaranya untuk mendapatkan diving license yang ia inginkan. Jesica dengan bersemangat menceritakan pengalamannya ketika mengikuti ujian diving di Pulau Sepa, Pulau Seribu. Pengalamannya saat ke Pulau Seribu ternyata  hanya untuk ujian diving semata. “Waktu ujian pertama kali susah, ga segampang yang dikira. Ternyata harus lepas masker di air, gimana sharing udara sama temen di air. Kaya gitu susahnya”. Meski harus menempuh ujian diving yang tergolong susah, namun usahanya tidak sia-sia dengan adanya diving license Jesica akan dapat semakin sering untuk diving yang tidak terbatas dengan kedalaman. “Pernah ketemu sea fan, itu kaya kerang kipas gede banget. Terus keremu uler laut, penyu, dan hiu” merupakan pengalaman yang tidak akan pernah terlupakan olehnya selama diving. Ketika disuruh memilih antara kegiatan yang sering ia lakukan yakni nongkrong dengan teman-temannya dengan diving, wanita satu ini menjawab dengan tegas menjawab diving.

Jesica dengan jujur mengakui hobby yang ditekuninya ini memang tidak dapat tergolong murah. Ia pun harus mengeluarkan biaya hingga sepuluh juta rupiah untuk membeli peralatan diving. Biaya yang tidak dapat dikatakan sedikit ini rela ia keluarkan untuk membeli peralatan seperti wetsuit, jacket, fin, regulator, dan masker. Menurutnya apapun dan berapapun rela ia keluarkan demi kecintaannya terhadap diving. “Diving itu sebenarnya bisa pinjem alatnya, tapi alat yang kita dapet belom tentu bagus dan kadang membahayakan diri kita sendiri” tambahnya sebagai alasan yang semakin memperkuatnya untuk membeli peralatan diving. Faktor kebersihan dan kesterilan ketika menggunakan peralatan dari tempat diving juga perlu diperhatikan, karena menurut Jesica ketika kita penggunakan peralatan umum kebersihannya itu masih diragukan dan dapat mengakibatkan keracunan bagi penggunanya. Sering kali waktu dan kesehatan menjadi faktor penghambat dirinya tidak dapat melakukan jadwal diving yang sudah ditetapkannya, yakni selama 1 tahun 2 kali ini. Kesehatan pun sangat penting diperhatikan sebelum melakukan diving, hal tersebut dikarenakan pada kondisi yang tidak sehat para divers bisa saja terserang mual dan muntah. Jesica sangat menaruh harapannya kepada pemerintah agar bisa mendukung tempat wisata, khususnya pulau yang ada di Indonesia. Hal ini diakuinya karena menurutnya Indonesia memiliki kekayaan alam yang sangat beragam dan indah jika dikembangkan, sebut saja 70% terumbu karang di dunia itu terdapat di Raja Ampat, Indonesia. Sebagai divers ia pun sangat menyangkan fasilitas yang belum memadai di pulau-pulau tertentu. Jesica pun berharap kedepannya untuk mengisi waktu luangnya ia dapat mengunjungi Raja Ampat - Papua dan Tanjung Bira - Sulawesi Utara. ”Gua tuh kalo diving lebih suka ngeliat ikan yang gede, dibandingin ikan yang kecil. Kaya perasaannya beda aja gitu ketika ngeliat hiu atau ikan pari dengan panjang 6 meter lewat diatas kita” menjelaskan alasannya ingin mengunjungi pulau tersebut dan akan terus menekuni hobbynya ini.

Wanita yang sangat tidak suka dengan asap rokok ini ternyata mempunyai ketertarikan dengan alam, “kaya seru aja gitu ngeliat alam, kaya udah bosen juga sih kadang sama café. Terus kalo liat taman gitu dijakarta jarang” ujarnya menjelaskan keinginannya untuk dapat mengunjungi Hutan Mangrove di PIK. Menurut Jesica sendiri tempat-tempat seperti itu penting ada di Jakarta karena orang Jakarta perlu hiburan lain selain Café  dan objek wisata seperti seaword bisa ditambah atau dipugar agar lebih baik kedepannya. Harapannya bagi kota jakarta agar objek wisata yang berbau alam dapat lebih dikembangkan. Menurutnya anak muda akan lebih tertarik dengan konsep alam seperti Hutan Mangrove.  Tidak hanya itu, ia pun berharap Jakarta memiliki taman seperti taman-taman yang ada di Bandung. Dengan adanya taman-taman yang memiliki tema yang unik Jesica merasa  optimis banyak anak muda yang akan datang bahkan berkontribusi menghias taman tersebut. “Jakarta udah penuh banget sama gedung-gedung. Kalo kita buat taman itu  bisa mengurangi banjir dan kemacetan juga bisa berdampak buat jakarta yang lebih baik” paparnya.




Created by,
Ilona Dea



posted by Ilona Dea

0 comments:

Post a Comment